Penulis : Duwi Priyono
NIM : 11026
Program Studi : D-III Keperawatan
Jenis Karya Ilmiah : Karya Tulis Ilmiah
Tahun Terbit : 2015
Abstrak :
Cidera Cidera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interstisial dalam substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak. Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian (Tarwoto, 2007). Dikatakan cidera kepala sedang jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan (Wartonah, 2007).
Menurut hasil catatan medik yang diambil pada Maret 2015 di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan di ruang rawat inap ZD3, pada bulan Januari didapatkan 19 penderita dari 188 pasien rawat inap, pada bulan Februari didapatkan 22 penderita dari 169 pasien rawat inap, dan pada bulan Maret didapatkan 27 pasien yang terdiagnosis Cidera kepala dari total 179 pasien rawat inap.
Cidera kepala disebabkan karena adanya kekuatan yang mendadak di kepala. Ada tiga mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu akselerasi, deselerasi, dan deformitas. Akselerasi yaitu mekanisme cidera yang terjadi apabila benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada orang yang diam kemudian dipukul atau terlempar batu. Deselerasi yaitu mekanisme cidera kepala yang terjadi apabila kepala bergerak membentur benda yang diam, misalnya saat kepala terbentur. Deformitas adalah perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma, misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan, atau pemotongan jaringan otak (Tarwoto, 2013). Masalah keperawatan yang muncul antara lain nyeri, nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan perfusi jaringan serebral, risiko tinggi pola nafas tidak efektif.
Masalah keperawatan yang paling dikhawatirkan pada cidera kepala adalah nyeri. Masalah ini harus mendapat penanganan yang serius untuk mengontrol peningkatan TIK. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat baik mandiri maupun kolaborasi menurut (Smeltzer Bare, 2002) antara lain mengajarkan teknik napas dalam atau relaksasi, mengalihkan rasa nyeri dengan melakukan kegiatan seperti menonton televisi, membaca buku cerita, menciptakan lingkungan yang nyaman, menganjurkan pasien beraktivitas secara bertahap, mengkaji tanda-tanda vital dan keluhan nyeri setiap 3 jam.
File :
PDF size : -0 Mb
Full Text : [
View ] (hanya dapat dilakukan di jaringan area kampus)
(Pastikan anda terhubung dengan jaringan lokal kampus untuk menampilkan full text)